28 November 2008

Apa dan Bagaimana seorang Pemimpin itu?


Falsafah jawa (diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantoro) mengatakan bahwa seorang Pemimpin adalah seorang yang mengambil sikap ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Pada dasarnya, ada perbedaan yang signifikan antara Pemimpin dan Penguasa. Om Ludy yang paling ganteng dw pun sampai sekarang belum mampu membedakan keduanya dengan baik. Ternyata, lebih mudah mencari perbedaan antara gadis cantik nan imut2 dan gadis yang (maaf) jelek nan amit amiiii...tttt.... Dan juga lebih mudah membandingkan antara HUMBERGER dengan T-WOOL yang khas asli Jawa.
Namun setidaknya, Bagi Om Ludy yang paling ganteng dw, seorang Pemimpin adalah seorang yang: 1). Mampu memberikan pengarahan kepada bawahan ketika bawahan tidak tahu apa yang harus dilakukan. 2). Mampu memberikan pelatihan kepada bawahan ketika bawahan tidak tahu bagaimana cara melakukan. 3). Mampu memberikan semangat/motivasi kepada bawahan ketika bawahan malas melakukan. 3). Mampu membedakan bawahan mana yang telah mampu menjalankan tugas dengan baik (diberi reward) dan bawahan mana yang tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik (diberi punishment).
Hal yang sering terjadi yang dijumpai oleh Om Ludy yang paling ganteng dw di kantor2 adalah: PGPB (Pinter Goblok Padha Bae) dan PGPS (Pinter Goblok Pendapatan Sama). Bahkan seringkali "kesejahteraan" orang-orang malas dan jelas2 goblok bin tolol jauh lebih baik dari orang yang tekun dan cerdas. Dialah Penjilat. Bagaiamana pendapat Anda wahai gadis2 cantik nan bahenol body?

Ngudoroso





Hm.... Terkadang sulit juga jadi manusia... Adakalanya manusia mengalami kesusahan, kesedihan, dan penderitaan. Tapi adakalanya juga manusia mendapatkan kebahagiaan dan keceriaan. Jujur, kalo boleh memilih, mending aku pengin menjadi manusia yang hidupnya selalu bahagia, ceria, dan serba kecukupan.
Sebenarnya Aku tidak muluk-muluk. Bagiku, saat ini, bisa mendapatkan penghasilan bersih diatas 100 juta rupiah perbulan saja sudah cukup. Rumah pun demikian. Punya villa dan apartemen di Puncak (Bogor) juga gak papa bagiku, yang penting bisa untuk berteduh dan beristirahat dengan nyaman bersama anak, isteri, pembantu, dan keluarga. Mengenai mobil, Aku sama sekali tidak berkeinginan memiliki mobil yang besar-besar (misalnya bus, truk, atau cobek). Aku menyadari dengan sepenuhnya bahwa tubuhku tidaklah besar, akupun juga menyadari bahwa jalan kerumahku tidaklah lebar . Jadi, mobil2 limousin mungkin sudah cukup bagiku.
Ah, ternyata enak juga ya kalo lagi menghayal yang enak-enak...